15 Mei 2012

Pengetahuan alam

PERSEMAIAN TANAMAN HUTAN
PENGERTIAN

Persemaian atau Pembibitan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan selama periode waktu yang telah ditetapkan dalam rangka memproduksi/menghasilkan bibit.


JENIS PERSEMAIAN

Berdasarkan waku penggunaan tempatnya, persemaian dibedakan menjadi :

A.   Persemaian Sementara/Sederhana

Persemaian sementara umumnya tidak terlalu luas dan hanya digunakan untuk memproduksi bibit beberapa kali saja. Umumnya digunakan jangka waktu s/d 3 tahun. Letaknya disesuaikan dengan areal yang akan ditanami, berpindah – pindah mendekati lokasi penanaman. Bentuk bangunan sederhana.

Keuntungan Persemaian sementara :
  1. Biaya pengangkutan bibit yang dikeluarkan lebih murah karena lokasi pembibitan dibangun dekat dengan lokasi penanaman.
  2. Kondisi ekosistem di pembibitan mirip dengan di lapangan sehingga bibit tidak mengalami stress setelah dipindah ke lapangan.

Kerugiannya :
  1. Kadang hasil yang diperoleh kurang memuaskan karena kurangnya tenaga terlatih
  2. Biaya pengawasan mahal karena tersebarnya tempat dan pekerja.

B.    Persemaian Permanen/Tetap

Persemaian permanent umumnya berukuran luas, digunakan dalam periode waktu yang lama. Benyuk bangunannya dibuat modern dan bersifat permanent, membutuhkan biaya tinggi. Jika diperhitungkan jatuhnya harga bibit secara keseluruhan dalam jangka panjang menjadi lebih murah.
Keuntungan Persemaian Permanen :
  1. Pengawasan dan administrasi bibit lebih mudah dan efisien dengan tenaga terlatih karena tempatnya tidak menyebar.
  2. Penerapan teknologi persemaian lebih mudah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas tanaman


Kerugiannya :
  1. Biaya transportasi bibit mahal terutama untuk lokasi tanam yang jauh dari persemaian
  2. Prosentase kerusakan bibit dalam transportasi tinggi.


PEMILIHAN LOKASI PERSEMAIAN

Pemilihan lokasi persemaian merupakan tahapan yang penting karena menentukan tingkat keberhasilan dalam produksi bibit. Pemilihan lokasi persemaian sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
·              Aksesibilitasnya tinggi (mudah dijangkau dengan kendaraan roda 4)
·              Dekat dengan sumber air/tersedia air sepanjang musim
·              Topografi relative datar 0 – 5%
·              Drainase baik dan bebas dari banjir
·              Ketersediaan tenaga kerja disekitar lokasi


PENENTUAN LUAS PERSEMAIAN

Luas areal efektif persemaian umumnya hanya mencapai 60 % dari luas total areal, sisanya 40 % digunakan untuk jalan utama, jalan infeksi, kolam penampungan air, saluran drainase dan bangunan penunjang seperti kantor, gudang media  dan gudang saprodi.

Penentuan luas persemaian sebagai berikut :
Luas pembibitan =  60 % x jumlah bibit yang diperlukan x 0,01 m2

Contoh perhitungan :
Luas areal persemaian yang diperlukan untuk areal penanaman 1.500 ha dengan jumlah bibit 2.328.000 dan jarak tanam 3 x 3 m adalah sebagai berikut :

Luas pembibitan           = 100 x 2.328.000 x 0,01 m2 
                                           60
                                      = 1,67 x 2.328.000 x 0,01 m2
                                      =  38.800 m 2
                                      =  3.88 ha

     Luas yang digunakan untuk jalan, bangunan lain –lain (40%)
                                                = 40 x 3.88  = 2.59 ha
     Jadi luas areal pembibitan yang diperlukan seluruhnya
                                                = 3,88 + 2,59  = 6,47 ha 


SARANA PRASARANA PERSEMAIAN

1.    Penataan Areal Persemaian

Penataan areal persemaian dimaksudkan agar kegiatan pengelolaan dan produksi bibit dapat dilakukan secara efisien. Sarana persemaian yang perlu diatur tata letaknya adalah :
§  Bangunan (Pondok Kerja, Gudang, ruang pencampuran media)
§  Instalasi air
§  Bedeng tabur
§  Areal naungan (Shading area)
§  Areal terbuka (Open area)
§  Jaringan jalan angkutan dan pemeriksaan serta saluran drainase

  1. Bangunan

Bangunan yang perlu dibangun adalah pondok kerja (sebagai tempat pelaksanaan kegiatan administrasi) dan perlengkapannya; Gudang (peralatan, bahan-bahan dan pupuk); Ruang/Tempat pencampuran media.

Pondok kerja, Gudang dan Ruang media masing-masing dengan ukuran minimal 2 x 3 meter terbuat dari tiang kayu, dinding bilik (anyaman bambu), atap dari asbes, seng, atau genting.
Pondok kerja dapat dibuat semi permanen dilengkapi dengan peralatan seperti kursi, meja dan rak.
Pondok kerja dan gudang dibangun bersebelahan agar peralatan dan bahan yang tersimpan dalam gudang lebih terjaga.
Sedangkan ruang media dibangun disebelah jalan agar memudahkan dalam proses bongkar muat media sehingga produksi bibit dapat lebih efisien.

  1. Instalasi Air

Instalasi air meliputi jaringan mulai dari sumber air, pompa, bak penampungan/toren dan jaringan pipa dibuat sesuai kebutuhan. Pemasangan jaringan pipa dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas penyiraman.
Sumber air dapat berasal dari sumur atau sungai.  Pompa air diperlukan untuk mengalirkan air pada bak penampungan/toren, selanjutnya jaringan dipasang mulai dari bak penampungan ke seluruh areal persemaian secara merata.

  1. Bak Tabur Permanen

Bak tabur permanent dibuat dari semen atau dinding bata merah. Arah bedeng tabur memanjang dari utara ke selatan agar mendapatkan sinar matahari secara merata sepanjang pagi sampai sore hari.
Letak bedeng tabur diutamakan pada tempat yang paling mudah mendapatkan sinar matahari dan bebas naungan karena penaburan untuk jenis tanaman tertentu memerlukan cahaya matahari penuh untuk mempercepat proses perkecambahan.
Sedangkan untuk benih ukuran kecil, penaburan dapat dilakukan menggunakan bak tabur dari plastik.

  1. Areal Naungan (Shading area)

Areal naungan dibuat pada bedeng-bedeng sapih dengan tujuan untuk melindungi semai/sapihan. Bedengan (bedeng sapih) dibuat dengan ukuran yang seragam untuk memudahkan perhitungan bibit. Ukuran bedengan 5 x 1 meter atau sesuai kebutuhan dan kondisi lahan, dibuat dari bambu yang berfungsi untuk menahan susunan polybag/bibit agar tidak roboh, dengan jarak antar bedengan 0,5 m.
Tiang naungan terbuat dari bambu atau pipa besi (disesuaikan kondisi anggaran) setinggi ± 2,5 meter agar tidak mengganggu aktifitas pekerja. Naungan berupa shading net dengan intensitas cahaya antara 50% - 75%.
                  
  1. Areal terbuka (Open Area)

Areal terbuka merupakan bedeng-bedeng untuk proses pemeliharaan/ pembesaran bibit sebelum didistribusikan. Areal naungan dapat sekaligus digunakan untuk areal terbuka, dengan terlebih dahulu membuka shading net.   

  1. Jaringan jalan dan saluran drainase

Jaringan jalan dibuat untuk memudahkan proses pengangkutan sarana bahan dan peralatan; proses pemindahan dan pengangkutan bibit serta pemeliharaan dan pemeriksaan bibit.
Saluran air/drainase dibuat dengan tujuan untuk mengalirkan kelebihan air saat penyiraman atau hujan agar tidak terjadi genangan air pada bedengan.

KEBUTUHAN BENIH

Cara penghitungan kebutuhan benih adalah sebagai berikut :
Direncanakan :
- Jenis Tanaman                              = Acacia mangium
- Luas areal penanaman           = 1.500 ha
- Jarak Tanam                                 = 3 X 3 m
- Daya kecambah benih                    = 60 %
- Jumlah benih per kg                       = 120.000 butir

Jumlah bibit yang diperlukan untuk setiap hektar
- Populasi bibit per ha                      = 1.110 bibit
- Penyulaman 20 %                         = 220 bibit
- Persentase kematian persemaian     = 167 bibit
- Persentase kematian angkutan        = 55 bibit
                                  Total           = 1.552 bibit

Jumlah bibit yang diperlukan untuk 1.500 ha
     1.552 bibit x 1.500 ha                = 2.328.000 bibit
      Kebutuhan benih    = Jumlah bibit/Jumlah benih per kg x %daya kecambah
PENABURAN

1.    Bak Tabur
Terdapat beberapa jenis bak tabur yang dapat digunakan untuk perkecambahan benih. Bak tabur plastic, kayu atau bak tabur permanen disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan dikecambahkan. Bak tabur plastic umumnya berukuran 40 cm x 25 cm x 10 cm yang bagian bawahnya diberi lubang berdiameter 2 mm dengan jarak antar lubang 10 cm. Bak tabur dapat juga terbuat dari kayu  berukuran 80 cm x 100 cm x 15 cm. Ukuran tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Bak tabur diisi media secara merata dengan ketebalan 5 cm dan bagian permukaannya diratakan dengan lempengan flat atau papan. Selanjutnya media tabur disiram air menggunakan sprayer sehingga air yang menimpa media berbentuk butiran halus.

2.    Media Tabur
Media tabur disiapkan dengan baik dan agar memenuhi persyaratan secara fisik seperti aerasi baik, mampu menahan air dan bebas dari hama dan penyakit, sehingga pertumbuhan benih menjadi kecambah akan optimal.
Media yang umum digunakan untuk penaburan benih adalah pasir sungai yang dicuci dengan bersih untuk menghilangkan butiran halus, kemudian dijemur hingga kering dan dicampur fungisida secara merata. Sterilisasi media tabur sangat penting untuk mencegah berkembangnya penyakit. Media yang steril selanjutnya diletakan pada bak tabur dengan ketebalan dua per tiga tinggi bak tabur atau sesuai dengan ukuran dan perakaran kecambah benih.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menggunakan media tabur adalah bahwa media tersebut harus dapat mendukung bagi proses fisiologis perkecambahan benih. Pada tahapan ini, unsur hara  masih belum dipertimbangkan.

3.    Teknik Penaburan
Sebelum penaburan, untuk jenis-jenis tertentu benih memerlukan perlakuan pendahuluan agar memudahkan dan keseragaman proses perkecambahan benih. Teknik penaburan benih dapat secara langsung ditanam pada polybag (untuk benih ukuran besar) atau ditabur pada bedeng tabur untuk benih berukuran kecil.
Benih selanjutnya ditabur dan dibenamkan di dalam media tabur tergantung kepada tipe perkecambahannya. Benih yang memiliki tipe perkecambahan epigeal dengan posisi kotiledon tumbuh bergerak ke atas, maka benih ditabur pada permukaan media atau 1/3 bagian benih berada dalam media.
Sedangkan untuk benih tipe perkecambahan hypogeal, maka benih ditabur di permukaan media kemudian ditutup dengan media halus setebal 3 - 5 mm. Jarak antar benih berkisar 3 – 5 cm tergantung ukuran benih.
Bak yang sudah ditabur kemudian disiram air dengan menggunakan sprayer kemudian ditempatkan dan disusun diruang perkecambahan (sungkup plastik). Pemeliharaan dilakukan secara rutin dengan penyiraman setiap pagi dan sore hari sampai benih menjadi semai (umumnya memiliki 3 – 4 daun dan tingginya telah mencapai 3 – 5 cm).

4.    Pengamatan daya kecambah

Guna mengetahui viabilitas benih, maka perlu dilakukan pengamatan daya kecambah pada bak tabur khusus yang berisi sejumlah benih (misalnya 100 benih). Melalui bak tabur tersebut dapat diamati berapa banyak benih yang ditabur menghasilkan kecambah normal dan kecambah abnormal. Pengamatan perkecambahan dimulai pada hari ke-15 sampai hari ke-30.
Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki semua struktur kecambah penting (system perakaran baik, perkembangan hipokotil baik pertumbuhan plumula sempurna dan memiliki kotiledon). Ukuran panjang kecambah minimal 2 kali panjang benihnya dan kecambah dalam keadaan sehat.

PENYAPIHAN 

  1. Media sapih

Media sapih adalah media yang digunakan untuk pembesaran semai menjadi bibit siap tanam. Pada prinsipnya media sapih harus mampu memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman, oleh karena itu media harus memenuhi syarat :
·         Ringan, memiliki bulk density rendah
·         Porositas udara cukup baik
·         Kemampuan menahan air cukup baik
·         Penyusutan rendah agar semai tetap stabil
·         Mudah dibasahi
·         Mudah diperoleh
·         Steril, bebas hama dan penyakit.
Banyak media yang dapat digunakan mulai dari top soil, kompos, pupuk kandang, sekam padi, ampas tebu, jerami, gambut dll. Alternatif komposisi media sapih yang dapat digunakan adalah :
·         Top soil : sekam padi : pupuk kandang = 5:3:1
·         Kompos : top soil = 2:1
·         Gambut : sekam padi = 3 :1
·         dll
Dari beberapa alternatif yang ada, campuran media yang biasa digunakan karena mudah diperoleh terdiri dari campuran tanah, sekam padi dan kompos dengan perbandingan 5:3:1.
Media tanah terlebih dahulu diayak dengan saringan kawat ukuran 1 mm x 1 mm, untuk memisahkan batu dan kotoran kasar. Bahan media sapih kemudian dicampur sesuai komposisi yang sudah ditentukan sampai rata. Sedangkan untuk mencegah tumbuhnya jamur media sapih dapat dicampur dengan fungisida Dithane M45 dengan dosis 100 gr/m3.
Perlu diperhatikan bahwa komposisi campuran media sapih tersebut sangat tergantung kepada kondisi bahan yang umumnya berbeda dimasing-masing lokasi. Campuran media yang baik akan memberikan ruang yang cukup untuk pertumbuhan akar secara optimal dan media tetap kompak saat pemindahan/pengangkutan bibit. Oleh karena itu perlu dilakukan uji coba untuk mendapatkan komposisi campuran media yang baik.


  1. Pot/kontainer dan pengisian media

Pot/kontainer adalah wadah semai dengan medianya. Umumnya digunakan kantong plastik/polybag berwarna hitam dengan ukuran disesuaikan kebutuhan tanaman (umum digunakan untuk mahoni ukuran diameter 10 cm tinggi 15 cm). Pot/polybag dibuat berlubang 4-6 lubang untuk mengalirkan kelebihan air saat penyiraman/hujan yang masuk kedalam polybag.

Media yang telah tercampur diisikan pada kantong plastik sekitar ¾ bagian. Usahakan pengisian media jangan terlalu padat atau longgar dan untuk memudahkan, pengisian dilakukan dengan menggunakan alat bantu dari kaleng atau paralon yang salah satu ujungnya dibuat runcing untuk memudahkan media masuk kedalam polybag. Polybag yang telah diisi media selanjutnya disusun pada bedengan di areal naungan.

  1. Penyapihan

Penyapihan adalah pemindahan semai dari bak tabur ke pot/polybag/kantong plastik yang berisi media. Penyapihan dilakukan setelah semai di bak tabur mencapai tinggi kira-kira 5 cm atau memiliki daun 2-4 helai. Penyapihan dilakukan menggunakan alat terbuat dari bambo yang salah satu ujungnya berbentuk bulat (untuk pelubang pada media) dan ujung lainnya berbentuk pipih (untuk menekan media saat penyapihan). Penyapihan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada akar dan epikotil maupun hipokotil. Kerusakan pada struktur tersebut dapat mengakibatkan kecambah tidak dapat tumbuh (mengurangi keberhasilan bibit).
Kecambah yang terseleksi dicabut dan dipindahkan kedalam wadah sementara yang diisi air agar kecambah tidak kering untuk selanjutnya disapih pada wadah sapih diareal persemaian. Apabila menggunakan bak tabur plastic yang secara mudah dapat dibawa keareal persemaian, penyapihan dapat dilakukan secara langsung satu persatu dari semai terpilih di bak tabur ke wadah sapih diareal naungan.
Penyapihan dilakukan pada pagi atau sore hari di tempat yang teduh untuk menghindari kerusakan kecambah akibat perubahan suhu udara yang sangat ekstrim.
Penyapihan dilakukan dengan cara melubangi bagian atas media dengan stik kecil (sebesar pensil) dan harus diupayakan agar akar tidak patah atau terlipat.

  1. Pemberian naungan

Pemberian naungan dibedeng sapih (shading area) berfungsi supaya bibit tidak stress. Naungan diberikan sampai bibit siap untuk menerima sinar matahari secara langsung (umumnya berlangsung selama 2 – 3 minggu atau disesuaikan dengan pertumbuhan bibit).
Shading net juga diperlukan untuk mempertahankan suhu tanah dan tanaman pada kondisi yang optimum dan untuk mengurangi resiko pengeringan.

   

 PEMELIHARAAN

  1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi (07.00 -09.00) dan sore (15.00 – 17.00). Penyiraman dilakukan  sampai media sapih mencapai kapasitas lapang. Pada kondisi udara sangat kering dapat dilakukan penyiraman lebih dari 2 kali.

  1. Penyulaman

Penyulaman bertujuan untuk mengganti kecambah yang mati atau kecambah yang tumbuh merana dengan kecambah baru dari sapihan. Penyulaman dilakukan pada bibit yang tidak tumbuh secara baik sampai umur 2 bulan. Kecambah untuk penyulaman harus yang sehat dan memenuhi criteria kecambah normal (batang lurus, berdaun 3 – 4 lembar, tinggi 3 – 4 cm dan bervigor tegar). Kecambah lama/mati yang akan disulam dicabut terlebih dahulu, kemudian bekas cabutan pada media sapih dilubangi lagi. Selanjutnya kecambah baru disulam, dan ditutup dengan media serta sedikit dipadatkan.

  1. Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila terdapat tumbuhan atau gulma yang tidak diinginkan untuk mengurangi persaingan. Perlu diingat bahwa media tumbuh bibit terbatas oleh karena itu persaingan dengan tumbuhan lain harus seminimal mungkin.

  1. Pemupukan

Untuk memacu pertumbuhan bibit (akselerasi pertumbuhan optimal), perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan dapat mulai dilakukan 7-10 hari setelah penyapihan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK yang dicampurkan dengan air dosis 7,5 gram/liter air untuk 1 m2. Pemupukan dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan sprayer dengan interval setiap 4 hari sampai pemupukan ke 6. Pemupukan ke 7 sampai ke 10 dengan interval 1 minggu sekali. Setelah pemupukan, hendaknya segera dilakukan penyiraman agar pupuk yang menempel pada daun tidak menyebabkan kerusakan bibit.

  1. Pencegahan hama dan penyakit

Hama dan penyakit sangat mungkin akan muncul dipersemaian. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan yang intensif agar terjadinya serangan hama dan penyakit dapat dideteksi secara awal. Untuk pencegahan terjadinya serangan hama dan penyakit perlu dijaga agar persemaian tetap bersih, tidak lembab atau basah. Persemaian yang kotor dan kelembaban yang tinggi akan memberikan kondisi ideal bagi perkembangan penyakit. Untuk menghindari serangan jamur dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara teratur.

Perlu diperhatikan adalah saat kapan bibit yang terserang hama dan penyakit dikendalikan. Untuk tingkat serangan yang sedikit dapat dilakukan eradikasi, sedangkan apabila kuantitas serangan sudah tinggi maka harus diperhatikan ambang batas ekonominya. Perlu dihindari dalam pengendalian hama dan penyakit bahwa pelaksanaan kegiatan setelah dihitung secara ekonomi akan merugikan.

  1. Pengurangan intensitas naungan

Sesuai dengan sifatnya, pada umur tertentu (lebih kurang 1 bulan) sapihan dapat dipindahkan ketempat terbuka (open area), atau dengan cara mengurangi intensitas naungan secara bertahap agar bibit tidak stres. Stres yang terjadi pada bibit akan berdampak menurunkan mutu fisik fisiologis, bahkan pada kondisi ekstrim dapat mengakibatkan kematian.

  1. Penggeseran bibit dan pemangkasan akar

Penggeseran bibit harus dilakukan saat bibit berumur 1,5 – 2 bulan di bedeng sapih (disesuaikan jenis). Penggeseran perlu dilakukan untuk menghindari akar bibit menembus keluar polybag yang akan menyulitkan dalam proses pengangkutan dan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan bibit. Dalam hal terdapat akar yang menembus polybag, maka perlu dilakukan pemangkasan akar kira-kira 2 minggu sebelum bibit didistribusikan.

Penggeseran bibit biasanya dilakukan bersamaan dengan penjarangan polybag. Penjarangan dimaksudkan agar bibit memperoleh ruang tumbuh dan cahaya yang optimal, sehingga akan merangsang pertumbuhan tajuk dan memperkokoh batang serta mempercepat pembentukan kayu pada pangkal batang.

  1. Bibit siap tanam

Bibit siap tanam bila telah berukuran tinggi lebih dari 30 cm dengan diameter pada leher akar lebih dari 3 mm. Indikator yang perlu diperhatikan sebagai tanda bibit siap tanam adalah bibit telah menunjukan pangkal batang berkayu. Bibit yang telah mencapai ketinggian normal masih rentan untuk ditanam apabila pangkal batangnya belum berkayu, karena akan sulit beradaptasi dengan kondisi tempat tumbuh di lapangan.

Seleksi bibit perlu dilakukan untuk memisahkan bibit yang baik dari bibit yang tumbuh tidak normal/berpenyakit. Bibit hasil seleksi merupakan bibit yang baik dan siap untuk dilakukan pengujian/didistribusikan.











DISTRIBUSI BIBIT

1.    Pengemasan bibit

Kemasan bibit sebaiknya menggunakan kotak kayu atau plastik agar cukup ringan untuk memudahkan pengangkutan. Ukuran kotak 60 cm x 40 cm dengan tinggi 50 cm(ukuran bibit ± 40 cm) sehingga apabila kemasan ditumpuk dalam bak truk tidak mengganggu bagian pucuk daun. Bagian dasar kotak harus rapat sampai tinggi ± 15 cm untuk menahan polybag agar tetap tegak.

Bibit disusun dalam kotak dengan posisi ditidurkan/dimiringkan dan setelah penuh selanjutnya kotak/peti ditegakan. Setiap kemasan peti dapat memuat  70 – 100 batang tergantung ukuran polybag.

2.    Pengangkutan bibit

Sebelum dimuat ke atas truk, bibit dalam kotak perlu disiram terlebih dahulu sampai media basah. Selanjutnya kotak bibit yang tersusun dalam bak truk ditutup dengan shading net untuk menghindari kerusakan bibit akibat tiupan angin dan terik matahari selama pengangkutan.

Pengangkutan  bibit sebaiknya dilakukan pada sore hingga pagi hari  agar bibit tetap segar sampai ditempat tujuan.

     DOKUMENTASI BIBIT

Dokumentasi bibit adalah sistem pencatatan, penyimpanan dan perolehan kembali data mengenai bibit. Bagi penyedia bibit bermutu (fisik, fisiologis dan genetik), dokumentasi bibit merupakan hal yang penting karena memuat informasi tentang asal usul, sejarah/riwayat dari mana bibit berasal dan bagaimana bibit diproduksi serta tujuan akhir dari bibit tersebut.


Tujuan dokumentasi bibit adalah :
  • Sarana perencanaan pengadaan atau produksi bibit
  • Perbaikan peningkatan proses produksi bibit
  • Menghindari kehilangan data yang disebabkan keterbatasan ingatan manusia
  • Informasi bagi pengguna atau konsumen bibit
  • Persyaratan dalam peredaran atau perdagangan bibit
  • Alat pengawasan distribusi bibit